Dhuhur Senin 7 Rabiul awal 1428 H bertepatan dengan 26 Maret 2007 telah berpulang ke Rahmatullah seorang Guru Mulia, Assayyid Al Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf, seorang pembimbing yang siang dan malamnya menyaksikan keluhuran akhlak dan budi pekertinya, termasyhur dengan kelembutan perangainya, termasyhur dengan khusyu’nya, termasyhur dengan keramahannya oleh segenap kalangan masyarakat, orang-orang miskin, orang kaya, pedagang, petani, kyai, ulama, pejabat, bahkan orang-orang awam yang masih belum mendapat hidayah pun menyaksikan kemuliaan akhlak dan keramahan beliau rahimahullah, termasyhur dengan keluasan ilmunya, Guru besar bagi para Kyai dan Fuqaha di Indonesia, tidak berpolitik, siang dan malamnya ibadah, rumahnya adalah madrasahnya, makan dan minumnya selalu bersama tamunya, ayah dan ibu untuk ribuan murid-muridnya.
Kemarin Guru Mulia ini telah berpulang ke rahmatullah, dihantar oleh tangis airmata para pecintanya, Langit dan Bumi menangisi atas kepergiannya, sebagaimana Firman Allah swt ketika menceritakan matinya fir’aun dan pasukannya : “Maka Tiadalah langit dan bumi menangisi kematian mereka” (QS Addukhaan – 29), ayat ini memunculkan makna bahwa wafatnya para shalihin ditangisi oleh langit dan Bumi.
Selamat jalan guru mulia kami, selamat jalan wahai panutan kami, semoga wafatmu menjadi rahmat pula bagi kami sebagaimana hadits Nabi saw : “Hidupku dan wafatku adalah rahmat bagi kalian”, semoga wafat guru mulia ini menjadi sebab munculnya beribu semangat baru pada jiwa muslimin muslimat, amiin.
Sebagaimana sabda Nabi saw : “Para shalihin wafat dan wafat, tersisalah sampah bagaikan ampas terigu, yang Allah tak lagi perduli apapun yang menimpa mereka” (shahih Bukhari), yang maksudnya adalah wilayah yang wafat padanya orang shalih dan ulamanya, namun masyarakatnya tak ada yang meneruskan dan tak pula ada benih-benih baru yang meneruskan perjuangannya, maka Allah tak perduli apapun yang menimpa mereka, apakah musibah, bencana alam atau lainnya. Maka semoga kemangkatan guru mulia ini menjadi sebab bangkitnya semangat baru bagi muslimin muslimat, dan memudahkan perjuangan para da’I dan penerus Nabi saw yang akan semakin terbebani dengan beban yang semakin berat.
Jenazah beliau dishalatkan di Bukit Duri Jakarta selatan ba’da dhuhur, lalu diusung ke Kp Lelongok (tempat kelahiran beliau) di Empang bogor Jawa Barat, dan dishalatkan kedua kalinya di masjid Kubah Empang bogor dan dikebumikan disana.Selamat jalan wahai ayahanda kami.
♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Dulu waktu masih SMA, sekitar tahun 89-90, gw ama bang Hakim (abang gw) sempet ikut belajar bahasa Arab dengan anak almarhum almaghfurlah, yaitu Habib ‘Alwi bin Abdul Rahman bin Ahmad Assagaf di Sawo Kecik Bukit Duri Tebet. Semoga Alloh SWT menerima segala amal almarhum dan mengampuni segala kesalahannya. Amien
indosiar.com, Bogor – Aktifitas masyarakat Kota Bogor, Jawa Barat, kemarin (Selasa, 27/3/2007) terganggu. Pusat kota nyaris lumpuh, akibat macetnya seluruh ruas jalan ketika ratusan ribu umat muslim se-Jabodetabek, tumpah ke Kota Hujan untuk mengiringi jenasah ulama besar Habib Abdulrahman bin Ahmad Assegaf, ke peristirahatan terakhirnya di TPU Lolongok, Empang Bogor Selatan, Jawa Barat.
Kericuhan sempat mewarnai prosesi pemakaman. Keranda jenasah tidak dapat dikeluarkan dari mobil ambulance selama satu jam, akibat padatnya massa. Tembok gerbong mesjid roboh ketika massa terus merangsek untuk mencium dan menyentuh keranda. Tangis duka dan doa-doa menggema mengiringi pemakaman keturunan Rasulullah Muhammad ke-35, yang meninggal diusia ke-105 tahun ini.
Bogor seperti dibanjiri lautan putih kemarin. Peristiwa iringan pelayat berbaju putih-putih dan berpeci putih ini, tergolong langka. Ulama yang masih mempunyai Pesantren Jabbul Muslim di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan tersebut, dikenal tidak pernah memungut bayaran, untuk menimba ilmu kepadanya. Habib yang mempunyai jaringan kental dengan pemerintahan Islam sedunia ini, justru yang memberikan dana pembangunan kepada hampir seluruh pesantren di Jabotabek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar