Al-Imam Al-Barbahari Rahimahullahu ta’alla,”Waspadalah kamu akan bid’ah-bid’ah yang kecil, sebab bid’ah yang kecil bila dilakukan berulang-ulang akan menjadi besar. Demikian pula setiap bid’ah yang dibuat dalam umat ini pada awalnya adalah kecil yang menyerupai kebenaran, sehingga orang terperdaya kepadanya dan masuk ke dalamnya kemudian dia tidak mampu keluar darinya, sehingga bid’ah itu menjadi besar dan menjadi suatu syari’at baru serta kebiasaannya dan dia menyimpang dari jalan yang lurus, lalu keluar dari Islam. Na’udzubillahi min dzaalik
Oleh karena itu, perhatikanlah setiap pembicaraan orang yang kamu dengar pada masamu secara khusus. Janganlah kamu tergesa-gesa dan terpengaruh oleh sesuatu pun hingga kamu bertanya dan memperhatikan, apakah hal itu telah dibicarakan oleh seorang shahabat Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam atau seorang ulama?
Jika kamu mendapatkan di dalamnya riwayat dari mereka, maka berpegang teguhlah kamu kepadanya dan jangan melanggar sedikitpun juga atau memilih sesuatu yang lain sehingga menyebabkan kamu jatuh ke dalam neraka.
Ketahuilah bahwa orang yang keluar dari jalan kebenaran ada dua macam. Pertama, orang yang tergelincir dari jalan kebenaran, padahal dia tidak menghendaki kecuali kebaikan, maka jangan sampai ketergelicirannya diikuti karena sesungguhnya dia orang yang binasa. Kedua, orang yang menolak kebenaran dan berbeda (menyelisihi) para pendahulunya dari orang-orang yang bertaqwa, maka orang ini adalah sesat dan menyesatkan dia menjadi syetan—jenis manusia—yang terkutuk dalam ummat ini. Sudah seharusnya bagi orang yang mengetahuinya untuk memeperingatkan manusia darinya dan menjelaskan kisahnya kepada mereka, agar tidak ada seorang pun dari mereka jatuh ke dalam bid’ahnya sehingga mereka binasa.
Ketahuilah bahwa Islamnya seseorang tidak sempurna hingga dia mengikuti Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, membenarkan dan menerima sepenuhnya, maka barangsiapa yang mempunyai anggapan bahwa masih tersisa suatu perkara dalam Islam yang tidak dipraktikkan oleh para shahabat Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, sesungguhnya dia telah mendustakan mereka). Cukuplah dengan pendapatnya itu dia telah memecah-belah dan menusuk mereka, sebab dia adalah orang yang melakukan bid’ah, sesat dan menyesatkan, membuat hal baru dalam (syari’at) Islam apa yang bukan termasuk darinya.··)
Syaikh Ali Hasan berkomentar tentang pernyataan di atas, beliau berkata, “Kata-kata yang indah ini adalah sanggahan yang telak terhadap pernyataan yang diulang-ulang oleh orang yang tidak dikenal sebagai da’i—atau orang-orang yang mengaku dirinya da’i, padahal buakn da’i—atau orang-orang ‘awam atau juga kaum intelektual jika menghadapi orang yang mengingkari bid’ah yang mereka lakukan atau hal baru yang mereka kerjakan, di mana kamu melihat mereka mengatakan, “Ini hanya kulit, ini masalah kecil!” atau “Ini persoalan parsial”
Ungkapan-ungkapan hampa tersebut menunjukkan dangkalnya pemahaman mereka terhadap hakikat agama yang besar ini, sebab ungkapan-ungkapan tersebut pada dasarnya tidak akan keluar kecuali dari orang yang ceroboh karena terpengaruh oleh sikap toleransi kepada manusia dalam sesuatu yang biasa mereka lakukan dari bentuk-bentuk bid’ah yang dikaitkan dengan agama, padahal agama bebas sama sekali darinya, atau menyetujui apa yang biasa dilakukan orang-orang ‘awam untuk menghibur perasaan mereka atau menggerakkan semangat mereka.
Mereka kemudian mengatakan, ‘Hendaklah kamu berpedoman kepada isi!, hendaklah kamu berpedoman kepada hal-hal yang besar!” Maka saya katakan sebagai jawaban dan penjelasan, “Sungguh mengherankan!, kamu tidak mampu menghapuskan bid’ah atau menerapkan sunnah pada dirimu, kemudian kamu menuntut selain kamu sesuatu yang lebih besar dari itu! Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang mengherankan”
Sungguh orang-orang yang merenungkan riwayat-riwayat shahih dari Salafush-shalih Radhiyallahu ‘anhum ajma’in akan melihat dengan jelas bahwa pembagian bathil ini, yakni agama dibagi menjadi kulit—perifier—dan isi—substansi—tidak pernah terbersit sedikit pun dalam benak mereka dan tidak pernah terlintas sediit pun dari fikiran mereka. Selesai ucapan Syaikh ‘Ali Hasan
Para Salafush-shalih tidak pernah membagi-bagi perkara agama menjadi kulit dan isi, bagi mereka semuanya adalah perkara yang penting, tidak seperti orang yang datang belakangan ini mereka melakukan pembagian ini dengan maksud (sebenarnya) untuk meremehkan perkara-perkara yang mereka sebut dengan ‘kulit’, padahal untuk melakukan sesuatu yang besar kita harus punya perhatian terhadap hal-hal yang ‘kecil’ dan kenyataannya tidak ada perkara yang kecil dalam agama ini semuanya itu adalah perkara yang agung yang datangnya dari Allah Subhanahu wa ta’alla.
Wallahu A’lam Bishshawaab.(Syf)
--------------------------------------------------------------------------------
Diambil dari buku “Membedah akar bid’ah” karya Syaikh ‘Ali bin Hasan bin “Ali bin ‘Abdul Hamid Al-Halabi Al-‘Atsary, Penerbit Pustaka Al-Kautsar, dengan beberapa penyuntingan
Oleh karena itu, perhatikanlah setiap pembicaraan orang yang kamu dengar pada masamu secara khusus. Janganlah kamu tergesa-gesa dan terpengaruh oleh sesuatu pun hingga kamu bertanya dan memperhatikan, apakah hal itu telah dibicarakan oleh seorang shahabat Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam atau seorang ulama?
Jika kamu mendapatkan di dalamnya riwayat dari mereka, maka berpegang teguhlah kamu kepadanya dan jangan melanggar sedikitpun juga atau memilih sesuatu yang lain sehingga menyebabkan kamu jatuh ke dalam neraka.
Ketahuilah bahwa orang yang keluar dari jalan kebenaran ada dua macam. Pertama, orang yang tergelincir dari jalan kebenaran, padahal dia tidak menghendaki kecuali kebaikan, maka jangan sampai ketergelicirannya diikuti karena sesungguhnya dia orang yang binasa. Kedua, orang yang menolak kebenaran dan berbeda (menyelisihi) para pendahulunya dari orang-orang yang bertaqwa, maka orang ini adalah sesat dan menyesatkan dia menjadi syetan—jenis manusia—yang terkutuk dalam ummat ini. Sudah seharusnya bagi orang yang mengetahuinya untuk memeperingatkan manusia darinya dan menjelaskan kisahnya kepada mereka, agar tidak ada seorang pun dari mereka jatuh ke dalam bid’ahnya sehingga mereka binasa.
Ketahuilah bahwa Islamnya seseorang tidak sempurna hingga dia mengikuti Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, membenarkan dan menerima sepenuhnya, maka barangsiapa yang mempunyai anggapan bahwa masih tersisa suatu perkara dalam Islam yang tidak dipraktikkan oleh para shahabat Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, sesungguhnya dia telah mendustakan mereka). Cukuplah dengan pendapatnya itu dia telah memecah-belah dan menusuk mereka, sebab dia adalah orang yang melakukan bid’ah, sesat dan menyesatkan, membuat hal baru dalam (syari’at) Islam apa yang bukan termasuk darinya.··)
Syaikh Ali Hasan berkomentar tentang pernyataan di atas, beliau berkata, “Kata-kata yang indah ini adalah sanggahan yang telak terhadap pernyataan yang diulang-ulang oleh orang yang tidak dikenal sebagai da’i—atau orang-orang yang mengaku dirinya da’i, padahal buakn da’i—atau orang-orang ‘awam atau juga kaum intelektual jika menghadapi orang yang mengingkari bid’ah yang mereka lakukan atau hal baru yang mereka kerjakan, di mana kamu melihat mereka mengatakan, “Ini hanya kulit, ini masalah kecil!” atau “Ini persoalan parsial”
Ungkapan-ungkapan hampa tersebut menunjukkan dangkalnya pemahaman mereka terhadap hakikat agama yang besar ini, sebab ungkapan-ungkapan tersebut pada dasarnya tidak akan keluar kecuali dari orang yang ceroboh karena terpengaruh oleh sikap toleransi kepada manusia dalam sesuatu yang biasa mereka lakukan dari bentuk-bentuk bid’ah yang dikaitkan dengan agama, padahal agama bebas sama sekali darinya, atau menyetujui apa yang biasa dilakukan orang-orang ‘awam untuk menghibur perasaan mereka atau menggerakkan semangat mereka.
Mereka kemudian mengatakan, ‘Hendaklah kamu berpedoman kepada isi!, hendaklah kamu berpedoman kepada hal-hal yang besar!” Maka saya katakan sebagai jawaban dan penjelasan, “Sungguh mengherankan!, kamu tidak mampu menghapuskan bid’ah atau menerapkan sunnah pada dirimu, kemudian kamu menuntut selain kamu sesuatu yang lebih besar dari itu! Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang mengherankan”
Sungguh orang-orang yang merenungkan riwayat-riwayat shahih dari Salafush-shalih Radhiyallahu ‘anhum ajma’in akan melihat dengan jelas bahwa pembagian bathil ini, yakni agama dibagi menjadi kulit—perifier—dan isi—substansi—tidak pernah terbersit sedikit pun dalam benak mereka dan tidak pernah terlintas sediit pun dari fikiran mereka. Selesai ucapan Syaikh ‘Ali Hasan
Para Salafush-shalih tidak pernah membagi-bagi perkara agama menjadi kulit dan isi, bagi mereka semuanya adalah perkara yang penting, tidak seperti orang yang datang belakangan ini mereka melakukan pembagian ini dengan maksud (sebenarnya) untuk meremehkan perkara-perkara yang mereka sebut dengan ‘kulit’, padahal untuk melakukan sesuatu yang besar kita harus punya perhatian terhadap hal-hal yang ‘kecil’ dan kenyataannya tidak ada perkara yang kecil dalam agama ini semuanya itu adalah perkara yang agung yang datangnya dari Allah Subhanahu wa ta’alla.
Wallahu A’lam Bishshawaab.(Syf)
--------------------------------------------------------------------------------
Diambil dari buku “Membedah akar bid’ah” karya Syaikh ‘Ali bin Hasan bin “Ali bin ‘Abdul Hamid Al-Halabi Al-‘Atsary, Penerbit Pustaka Al-Kautsar, dengan beberapa penyuntingan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar