Islam adalah agama yang memiliki banyak keutamaan yang agung dan membuahkan hal-hal yang terpuji dan hasil-hasil yang mulia. Di antara keutamaan dan keindahan Islam adalah:
[1]. Islam menghapus seluruh dosa dan kesalahan bagi orang kafir yang masuk Islam.
Dalilnya adalah firman Allah ‘Azza wa Jalla.
قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ وَإِنْ يَعُودُوا فَقَدْ مَضَتْ سُنَّةُ الأوَّلِينَ
“Katakanlah kepada orang-orang kafir itu, ‘Jika mereka berhenti (dari kekafiran-nya), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu; dan jika mereka kembali lagi (memerangi Nabi), sungguh akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang terdahulu (dibinasakan).” [Al-Anfaal: 38]
Shahabat ‘Amr bin al-‘Ash radhiallaahu ‘anhu yang menceritakan kisahnya ketika masuk Islam, beliau radhiallaahu ‘anhu berkata, “Ketika Allah menjadikan Islam dalam hatiku, aku mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan aku berkata, ‘Bentangkanlah tanganmu, aku akan berbai’at kepadamu.’ Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam membentangkan tangan kanannya. Dia (‘Amr bin al-‘Ash radhiallaahu ‘anhu) berkata, ‘Maka aku tahan tanganku (tidak menjabat tangan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam).’ Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bertanya, ‘Ada apa wahai ‘Amr?’ Dia berkata, ‘Aku ingin me-minta syarat!’ Maka, Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bertanya, ‘Apakah syaratmu?’ Maka aku berkata, ‘Agar aku diampuni.’ Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam berkata, ‘Apakah engkau belum tahu bahwa sesungguhnya Islam itu menghapus dosa-dosa yang dilakukan sebelumnya, hijrah itu menghapus dosa-dosa sebelumnya, dan haji itu menghapus dosa-dosa sebelumnya?’” [Shahih Muslim, no. 121]
[2]. Apabila seseorang masuk Islam kemudian baik ke-Islamannya, maka ia tidak disiksa atas perbuatannya pada waktu dia masih kafir, bahkan Allah ‘Azza wa Jalla akan melipatgandakan pahala amal-amal kebaikan yang pernah dilakukannya.
Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya): “Jika baik ke-Islaman seseorang di antara kalian, maka setiap kebaikan yang dilakukannya akan ditulis sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Adapun keburukan yang dilakukannya akan ditulis satu kali sampai ia bertemu Allah.” [Shahih Muslim, no. 129]
[3]. Islam tetap menghimpun amal kebaikan yang pernah dilakukan seseorang baik ketika masih kafir maupun ketika sudah Islam.
Dari Hakim bin Hizam radhiallaahu ‘anhu, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memandang perbuatan-perbuatan baik yang aku lakukan sewaktu masa Jahiliyyah seperti shadaqah, membebaskan budak atau silaturahmi tetap mendapat pahala?” Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Engkau telah masuk Islam beserta semua kebaikanmu yang dahulu.” [Shahih Bukhari, no. 1436, 2220, 2538, 5992 dan Shahih Muslim, no. 123]
[4]. Islam sebagai sebab terhindarnya seseorang dari siksa Neraka.
Diriwayatkan dari Anas radhiallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Ada seorang anak Yahudi yang selalu membantu Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, kemudian ia sakit. Maka, Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam datang menengoknya, lalu duduk di dekat kepalanya, seraya mengatakan, ‘Masuk Islam-lah!’ Maka anak Yahudi itu melihat ke arah ayahnya yang berada di sampingnya, maka ayahnya berkata, ‘Taatilah Abul Qasim (Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam).’ Maka anak itu akhirnya masuk Islam. Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam keluar seraya mengatakan, ‘Segala puji hanya milik Allah yang telah menyelamatkannya dari siksa Neraka.’” [Shahih Bukhari, no. 1356, 5657]
Dalam hadits lain yang berasal dari Shahabat Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu, Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “...Sesungguhnya tidak akan masuk Surga melainkan jiwa muslim dan sesungguhnya Allah menolong agama ini dengan orang-orang fajir.” [Shahih Bukhari, no. 3062 dan Shahih Muslim, no. 111]
[5]. Kemenangan, kesuksesan dan kemuliaan terdapat dalam Islam.
Dari Shahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiallaahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Artinya: Sungguh telah beruntung orang yang masuk Islam, dan diberi rizki yang cukup dan Allah memberikan sifat qana’ah (merasa cukup) atas rizki yang ia terima.” [Shahih Muslim, no. 1054]
‘Umar bin al-Khaththab radhiallaahu ‘anhu berkata, “Kami adalah suatu kaum yang telah dimuliakan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dengan Islam, maka bila kami mencari kemuliaan dengan selain cara-cara Islam maka Allah akan menghinakan kami.” [al-Mustadrak: I/62]
[6]. Kebaikan seluruhnya terdapat dalam Islam. Tidak ada kebaikan baik di kalangan orang Arab maupun non Arab, melainkan dengan Islam.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya): “Setiap penghuni rumah baik dari kalangan orang Arab atau orang Ajam (non Arab), jika Allah menghendaki kepada mereka kebaikan, maka Allah berikan hidayah kepada mereka untuk masuk ke dalam Islam, kemudian akan terjadi fitnah-fitnah seolah-olah seperti naungan awan.” [Silsilah al-Ahaadits ash-Shahiihah, no. 51]
[7]. Islam membuahkan berbagai macam kebaikan dan keberkahan di dunia dan akhirat.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya): “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla tidak menzhalimi satu kebaikan pun dari seorang mukmin, diberi dengannya di dunia dan dibalas dengannya di akhirat. Adapun orang kafir diberi makan dengan kebaikan yang dilakukannya karena Allah di dunia, sehingga jika tiba akhirat, kebaikannya tersebut tidak akan dibalas.” [Shahih Muslim no. 2808 (56)]
[8]. Suatu amal shalih yang sedikit dapat menjadi amal shalih yang banyak dengan sebab Islam yang shahih, yaitu tauhid dan ikhlas. Beramal sedikit saja namun diberikan ganjaran dengan pahala yang melimpah.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari al-Bara’ radhiallaahu ‘anhu, ia berkata, “Seorang laki-laki yang memakai pakaian besi mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam kemudian ia bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah aku boleh ikut perang ataukah aku masuk Islam terlebih dahulu?’ Maka, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Masuk Islamlah terlebih dahulu, baru kemudian ikut berperang.’ Maka, laki-laki tersebut masuk Islam lalu ikut berperang dan akhirnya terbunuh (dalam peperangan). Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: ‘Laki-laki tersebut beramal sedikit namun diganjar sangat banyak.’”[Shahih Bukhari, no. 2808 dan Shahih Muslim, no. 1900]
[9]. Islam membuahkan cahaya bagi penganutnya di dunia dan akhirat.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka, celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” [Az-Zumar: 22]
[10]. Islam menjaga jiwa. Allah ‘Azza wa Jalla mengharamkan pembunuhan dan penumpahan darah umat Islam. Islam memelihara jiwa, oleh karena itu Islam mengharamkan pembunuhan secara tidak haq (benar), dan hukuman bagi orang yang membunuh jiwa seseorang secara tidak benar adalah hukuman mati.
Oleh karena itu, jarang terjadi pembunuhan di negeri yang menerapkan syari’at Islam. Karena apabila seseorang mengetahui bahwa bila ia membunuh seseorang akan di-bunuh pula maka ia tidak akan melakukan pembunuhan, karena hal itu masyarakat hidup dengan penuh rasa aman dari kejahatan pembunuhan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya):
وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الألْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan dalam qishash itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang berakal, agar kamu bertaqwa.” [Al-Baqarah: 179]
Oleh Ust. Yazid Abdul Qadir Jawwas
Buletin Al-Hujjah Vol: 01-IX/Dzulhijjah-1428H/Jan-08
[1]. Islam menghapus seluruh dosa dan kesalahan bagi orang kafir yang masuk Islam.
Dalilnya adalah firman Allah ‘Azza wa Jalla.
قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ وَإِنْ يَعُودُوا فَقَدْ مَضَتْ سُنَّةُ الأوَّلِينَ
“Katakanlah kepada orang-orang kafir itu, ‘Jika mereka berhenti (dari kekafiran-nya), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu; dan jika mereka kembali lagi (memerangi Nabi), sungguh akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang terdahulu (dibinasakan).” [Al-Anfaal: 38]
Shahabat ‘Amr bin al-‘Ash radhiallaahu ‘anhu yang menceritakan kisahnya ketika masuk Islam, beliau radhiallaahu ‘anhu berkata, “Ketika Allah menjadikan Islam dalam hatiku, aku mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan aku berkata, ‘Bentangkanlah tanganmu, aku akan berbai’at kepadamu.’ Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam membentangkan tangan kanannya. Dia (‘Amr bin al-‘Ash radhiallaahu ‘anhu) berkata, ‘Maka aku tahan tanganku (tidak menjabat tangan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam).’ Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bertanya, ‘Ada apa wahai ‘Amr?’ Dia berkata, ‘Aku ingin me-minta syarat!’ Maka, Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bertanya, ‘Apakah syaratmu?’ Maka aku berkata, ‘Agar aku diampuni.’ Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam berkata, ‘Apakah engkau belum tahu bahwa sesungguhnya Islam itu menghapus dosa-dosa yang dilakukan sebelumnya, hijrah itu menghapus dosa-dosa sebelumnya, dan haji itu menghapus dosa-dosa sebelumnya?’” [Shahih Muslim, no. 121]
[2]. Apabila seseorang masuk Islam kemudian baik ke-Islamannya, maka ia tidak disiksa atas perbuatannya pada waktu dia masih kafir, bahkan Allah ‘Azza wa Jalla akan melipatgandakan pahala amal-amal kebaikan yang pernah dilakukannya.
Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya): “Jika baik ke-Islaman seseorang di antara kalian, maka setiap kebaikan yang dilakukannya akan ditulis sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Adapun keburukan yang dilakukannya akan ditulis satu kali sampai ia bertemu Allah.” [Shahih Muslim, no. 129]
[3]. Islam tetap menghimpun amal kebaikan yang pernah dilakukan seseorang baik ketika masih kafir maupun ketika sudah Islam.
Dari Hakim bin Hizam radhiallaahu ‘anhu, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memandang perbuatan-perbuatan baik yang aku lakukan sewaktu masa Jahiliyyah seperti shadaqah, membebaskan budak atau silaturahmi tetap mendapat pahala?” Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Engkau telah masuk Islam beserta semua kebaikanmu yang dahulu.” [Shahih Bukhari, no. 1436, 2220, 2538, 5992 dan Shahih Muslim, no. 123]
[4]. Islam sebagai sebab terhindarnya seseorang dari siksa Neraka.
Diriwayatkan dari Anas radhiallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Ada seorang anak Yahudi yang selalu membantu Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, kemudian ia sakit. Maka, Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam datang menengoknya, lalu duduk di dekat kepalanya, seraya mengatakan, ‘Masuk Islam-lah!’ Maka anak Yahudi itu melihat ke arah ayahnya yang berada di sampingnya, maka ayahnya berkata, ‘Taatilah Abul Qasim (Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam).’ Maka anak itu akhirnya masuk Islam. Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam keluar seraya mengatakan, ‘Segala puji hanya milik Allah yang telah menyelamatkannya dari siksa Neraka.’” [Shahih Bukhari, no. 1356, 5657]
Dalam hadits lain yang berasal dari Shahabat Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu, Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “...Sesungguhnya tidak akan masuk Surga melainkan jiwa muslim dan sesungguhnya Allah menolong agama ini dengan orang-orang fajir.” [Shahih Bukhari, no. 3062 dan Shahih Muslim, no. 111]
[5]. Kemenangan, kesuksesan dan kemuliaan terdapat dalam Islam.
Dari Shahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiallaahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Artinya: Sungguh telah beruntung orang yang masuk Islam, dan diberi rizki yang cukup dan Allah memberikan sifat qana’ah (merasa cukup) atas rizki yang ia terima.” [Shahih Muslim, no. 1054]
‘Umar bin al-Khaththab radhiallaahu ‘anhu berkata, “Kami adalah suatu kaum yang telah dimuliakan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dengan Islam, maka bila kami mencari kemuliaan dengan selain cara-cara Islam maka Allah akan menghinakan kami.” [al-Mustadrak: I/62]
[6]. Kebaikan seluruhnya terdapat dalam Islam. Tidak ada kebaikan baik di kalangan orang Arab maupun non Arab, melainkan dengan Islam.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya): “Setiap penghuni rumah baik dari kalangan orang Arab atau orang Ajam (non Arab), jika Allah menghendaki kepada mereka kebaikan, maka Allah berikan hidayah kepada mereka untuk masuk ke dalam Islam, kemudian akan terjadi fitnah-fitnah seolah-olah seperti naungan awan.” [Silsilah al-Ahaadits ash-Shahiihah, no. 51]
[7]. Islam membuahkan berbagai macam kebaikan dan keberkahan di dunia dan akhirat.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya): “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla tidak menzhalimi satu kebaikan pun dari seorang mukmin, diberi dengannya di dunia dan dibalas dengannya di akhirat. Adapun orang kafir diberi makan dengan kebaikan yang dilakukannya karena Allah di dunia, sehingga jika tiba akhirat, kebaikannya tersebut tidak akan dibalas.” [Shahih Muslim no. 2808 (56)]
[8]. Suatu amal shalih yang sedikit dapat menjadi amal shalih yang banyak dengan sebab Islam yang shahih, yaitu tauhid dan ikhlas. Beramal sedikit saja namun diberikan ganjaran dengan pahala yang melimpah.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari al-Bara’ radhiallaahu ‘anhu, ia berkata, “Seorang laki-laki yang memakai pakaian besi mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam kemudian ia bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah aku boleh ikut perang ataukah aku masuk Islam terlebih dahulu?’ Maka, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Masuk Islamlah terlebih dahulu, baru kemudian ikut berperang.’ Maka, laki-laki tersebut masuk Islam lalu ikut berperang dan akhirnya terbunuh (dalam peperangan). Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: ‘Laki-laki tersebut beramal sedikit namun diganjar sangat banyak.’”[Shahih Bukhari, no. 2808 dan Shahih Muslim, no. 1900]
[9]. Islam membuahkan cahaya bagi penganutnya di dunia dan akhirat.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka, celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” [Az-Zumar: 22]
[10]. Islam menjaga jiwa. Allah ‘Azza wa Jalla mengharamkan pembunuhan dan penumpahan darah umat Islam. Islam memelihara jiwa, oleh karena itu Islam mengharamkan pembunuhan secara tidak haq (benar), dan hukuman bagi orang yang membunuh jiwa seseorang secara tidak benar adalah hukuman mati.
Oleh karena itu, jarang terjadi pembunuhan di negeri yang menerapkan syari’at Islam. Karena apabila seseorang mengetahui bahwa bila ia membunuh seseorang akan di-bunuh pula maka ia tidak akan melakukan pembunuhan, karena hal itu masyarakat hidup dengan penuh rasa aman dari kejahatan pembunuhan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya):
وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الألْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan dalam qishash itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang berakal, agar kamu bertaqwa.” [Al-Baqarah: 179]
Oleh Ust. Yazid Abdul Qadir Jawwas
Buletin Al-Hujjah Vol: 01-IX/Dzulhijjah-1428H/Jan-08
Tidak ada komentar:
Posting Komentar